BILANGAN
PEROKSIDA
PEROXIDE Value (PV)
PEROXIDE Value (PV)
Salam SAPA (biSA karna PAham)
......................
Pada kesempatan kali
ini, kita akan membahas salah satu hal yang tentunya tidak dapat terlepas dari
seorang analis kimia dan mahasiswa/i yang berkonsentrasi di bidang kimia (baik
itu Teknik dan MIPA), terutama anak PTKI (Pendidikan Teknologi Kimia Industri)
Medan --- hehehehehe J :D. Hal
tersebut pastinya tidak akan lari dari judul kita yaitu Bilangan Peroksida atau bahasa
kerennya Peroxide Value (PV).
Agar kita mahir dalam
menentuan bilangan peroksida dan mempersentasekannya ke teman-teman, terlebih dahulu
kita harus memahami APA ITU sebenarnya BILANGAN PEROKSIDA? Kemudian barulah
kita timbulkan pertanya-tanyaan mengenai hal itu – dan cari tahu sendiri
jawabannya --- hehehehehe ---, dengan demikian maka tiada satupun hal yang
dapat menghalangi kita untuk mengetahuinya.
Okelah, berhubung
karena teman-teman sekalian sudah tidak sabar lagi untuk memperluas wawasan,
maka kita akan masuk ke dalam topik utama kita yaitu membahas BILANGAN
PEROKSIDA
......................
Bilangan Peroksida adalah bilangan yang menunjukkan banyaknya senyawa peroksida [dengan
satuan mili-equivalent] dalam setiap 1000
gram (1 Kg) minyak atau lemak, dan merupakan parameter penentu mutu (kualitas)
minyak yang ditentukan oleh Badan Standarisasi Nasional Indonesia.
Senyawa peroksida
dalam minyak atau lemak terbentuk karena kandungan asam lemak tidak jenuhnya
mengalami oksidasi. Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan
rangkapnya dan membentuk senyawa peroksida. Proses oksidasi terjadi karena
adanya paparan oksigen, cahaya, dan suhu yang tinggi.
Proses reakasi
oksidasi asam-asam lemak tidak jenuh akan mengakibatkan minyak dan lemak berbau
tengik. Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida dan
hidroperoksida yang kemudian terpecah (karena tidak stabil dan paparan energi
panas, katalis logam, atau enzim) menjadi senyawa berantai karbon yang
lebih pendek. Senyawa karbon berantai pendek ini adalah aldehid dan keton yang
bersifat volatil (mudah menguap) dan menimbulkan bau tengik.
Timbulnya bau tengik
dari minyak atau lemak menandakan bahwa minyak atau lemak tersebut telah rusak,
sehingga dapat dikatakan bahwa Bilangan Peroksida juga merupakan angka penentu tingkat (derajat) kerusakan minyak
atau lemak akibat oksidasi.
Pada minyak goreng,
bilangan peroksida menunjukkan (indikator) bahwa minyak sebentar lagi akan
berbau tengik akibat proses oksidasi serta hidrolisis. Penggunaan suhu tinggi
selama penggorengan memacu terjadinya oksidasi minyak dan akan bertambah cepat
dengan kenaikan suhu. Kerusakan lemak atau minyak akibat pemanasan pada suhu
tinggi (200-250oC) akan mengakibatkan keracunan dalam tubuh dan
berbagai macam penyakit misalnya diarhea, pengendapan lemak dalam pembuluh
darah (artero sclerosis), kanker, dan menurunkan nilai cerna lemak.
*Bilangan peroksida dikatakan
indikator bahwa minyak sebentar lagi berbau tengik karena sebenarnya aldehid
dan ketonlah yang menyebabkan bau tengik pada minyak, dan pada proses penentuan
bilangan peroksida ini tidak ada dianalisa (diukur) berapa banyak jumlah
(konsentrasi) aldehid dan keton pada minyak atau lemak. Dan jika senyawa-senyawa
peroksida tersebut teruari kemungkinan nilai Bilangan Peroksidanya dapat turun
(kecil).
Selain itu, peroksida
dapat menyebabkan destruksi bebarapa vitamin dalam bahan pangan berlemak
(misalnya vitamin A, C, D, E, K, dan sejumlah kecil vitamin B). Bergabungnya
peroksida dalam sistem peredaran darah, mengakibatkan kebutuhan vitamin E
meningkat lebih besar. Padahal Vitamin E dibutuhkan untuk menangkal radikal
bebas yang ada dalam tubuh.
Minyak goreng yang
kadar senyawa peroksida-nya tinggi (melebih SNI) memiliki ciri khas --jika dilihat secara kasat mata-- cenderung
berwarna cokelat tua sampai kehitaman, kental, keruh, memiliki endapan yang
relatif tebal, dan berbuih.
Jumlah senyawa
peroksida ini dapat ditentukan dengan IODOMETRI, yaitu berdasarkan pada reaksi redoks
antara alkali iodida/kalium iodida (sebagai reduktor) dengan senyawa peroksida yang terkandung dalam
minyak atau lemak (sebagai oksidator) dalam suasana asam untuk melepaskan
iodium. Jumlah iodium yang terlepas ekuivalen dengan jumlah senyawa peroksida
yang terkandung dalam minyak atau lemak. Iodium yang dibebaskan kemudian
dititrasi dengan larutan natrium thiosulfat (Na2S2O3),
yang mana pada proses titrasi ini iodium yang terlepas tadi berperan sebagai
oksidator dan natrium thiosulfat berperan sebagai reduktor.
Penentuan
jumlah/bilangan peroksida dalam minyak atau lemak berdasarkan titrasi iodometri
sama seperti dengan rumus untuk menentukan normalitas (standarisasi) larutan
thiosulfat secara iodometri.
Penentuan Normalitas
(STANDARISASI) Larutan Thiosulfat rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Dari rumus di atas
maka jumlah/bilangan peroksida dapat ditentukan berdasarkan
pengasumsian/pengandaian bahwa Larutan K2Cr2O7
yang berperan sebagai oksidator adalah SENYAWA PEROKSIDA yang terbentuk pada
minyak atau lemak dan Normalitas larutan Thio telah diketahui, sehingga
diperoleh rumus (yang telah umum diketahui) seperti berikut:
Berdasarkan hal-hal
di atas prinsip penggunaan rumus bilangan peroksida ini pada dasarnya hampir
sama dengan penentuan normalitas larutan thiosulfat.
Berikut ini adalah
PROSEDUR untuk Penentuan Bilangan Peroksida pada Minyak atau Lemak:
1.
Minyak atau Lemak (seperti minyak
goreng bekas) ditimbang sebanyak 5,00 0,05 gram di dalam erlenmeyer bertutup (ukuran
250 mL)
2.
Larutan Asam Asetat
Glasial—Kloroform [3:2] ditambahkan sebanyak 30 mL kemudian digoyangkan sampai
bahan terlarut semua. [dilakukan di ruang asam]
3.
Larutan KI (Kalium Iodida) jenuh
ditambahkan sebanyak 0,5 mL [dilakukan di ruang asam]
4.
Erlenmeyer ditutup dan dibungkus
agar tidak terkena radiasi cahaya, kemudian ditempatkan ditempat gelap dan
didiamkan selama 1 (satu) menit sambil digoyang.
5.
Setelah 1 (satu) menit, Aquadest
panas ditambahkan sebanyak 30 mL
6.
Campuran dititrasi dengan larutan
Na2S2O3 0,1 N (mEk/mL) sampai warna kuning
hampir hilang (kuning pucat).
7.
Larutan pati (amilum) 1%
ditambahkan sebanyak 0,5 mL
8.
Campuran dititrasi kembali sampai
warna biru mulai hilang.
*Selama
melakukan analisa penentuan bilangan peroksida sang analis
dianjurkan/diwajibkan menggunakan masker dan sarung tangan.
Prinsip dari penentuan bilangan peroksida adalah
menentukan banyaknya/jumlah (volume) larutan thiosulfat yang tepat bereaksi
dengan iodium yang terlepas akibat dari reaksi antara
senyawa peroksida dengan KI jenuh dalam suasana asam, yang mana jumlah iodium
yang terlepas equivalen dengan jumlah senyawa peroksida yang terkandung dalam
minyak atau lemak.
Sehingga dapat
dikatakan bahwa penggunaan asam asetat glasial dan kloroform masing-masing
bertujuan untuk membuat pH minyak (suasana larutan) menjadi asam dan sebagai
pelarut asam-asam lemak yang terkandung dalam minyak, sehingga ketika larutan
KI jenuh ditambahkan dapat langsung bereaksi dengan senyawa peroksida yag
terkandung dalam minyak tersebut secara sempurna untuk melepaskan IODIUM yang
ekuivalen dengan jumlah senyawa peroksida yang kemudian akan dititrasi dengan
larutan thiosulfat yang konsentrasinya telah diketahui atau telah
distandarisasi.
Penggunaan aquadest
panas pada penentuan bilangan peroksida adalah bertujuan hanya untuk mematikan
kuman atau bakteri baik yang terdapat pada sampel (minyak atau lemak) dan
peniter (larutan thiosulfat). Penggunaan aquadest panas ini tidak akan terlalu
menggangu proses penentuan bilangan asam sekalipun dapat menghidrolisis minyak.
Hal ini dikarenakan minyak atau lemak; asam-asam lemak; asam asetat glasial;
kloroform; dan senyawa peroksida itu sendiri tidak larut dengan air (dalam hal
ini aquadest).
Proses penentuan
bilangan peroksida ini dikatakan sebagai proses iodometri karena iodium yang
akan dititrasi oleh larutan thiosulfat berasal dari proses (reaksi) redoks
yaitu oksidasi larutan kalium iodida oleh senyawa peroksida yang berperan sebagai oksidator. Oleh karena
itu, dikatakan proses titrasi tidak langsung.
SEBENARNYA berdasarkan prosedur
penentuan bilangan peroksida di atas, RUMUS DASAR untuk menentukan bilangan peroksida per
satuan sampel [minyak atau lemak] adalah:
Yang
mana jika diketahui volume titrasi thio 0,0998 mEk/mL adalah sebanyak 0,54 mL
dengan massa sampel (minyak atau lemak) sebesar 5,03 gram, maka Bilangan
Peroksidanya adalah sebesar 0,0107 mEk/gram, yang artinya adalah dalam 1 (satu)
gram minyak atau lemak telah terbentuk senyawa peroksida sebanyak 0,0107
mili-ekuivalen.
Namun pada umumnya
seperti yang telah diketahui, SATUAN BILANGAN PEROKSIDA adalah Mili-Ekuivalen per 1000 gram minyak atau
lemak, maka rumus dasar tersebut dikali dengan angka 1000 -- yang
menyatakan minyak atau lemak sebanyak 1000 gram, sehingga nilai dari BILANGAN
PEROKSIDAnya (berdasarkan soal di atas) adalah 10,7141 mEk/1000 gram minyak
atau lemak.
Satuan Bilangan
Peroksida juga dapat dinyatakan dalam miligram oksigen per 100 gram minyak atau lemak dan
milimol per 1000
gram minyak atau lemak. Yang mana rumusnya masing-masing adalah
sebagai berikut:
Angka 100
pada rumus di atas BISA SAJA DIGANTI
menjadi 1000 gram, akan tetapi satuan bilangan peroksidanya dinyatakan menjadi
miligram oksigen per 1000 gram minyak atau lemak.
Berdasarkan
penguraian rumus-rumus di atas, sebenarnya setiap perhitungan bilangan
peroksida bisa saja tidak dikali dengan angka 1000 maupun 100 (diabaikan), akan
tetapi isitilah ini telah digunakan secara luas dan telah umum dikenal oleh
kimiawan sehingga sangatlah tidak
bijaksana kalau hal ini tidak diikuti (dilakukan) juga.
Penentuan
bilangan peroksida sebenarnya kurang baik dengan cara iodometri biasa, meskipun
peroksida bereaksi sempurna dengan alkali iod. Hal ini dikarenakan adanya
senyawa peroksida yang tidak bereaksi (peroksida jenis lainnya hanya bereaksi
sebagian). Di samping itu dapat terjadi kesalahan yang disebabkan oleh reaksi
antara alkali iodida dengan oksigen dari udara dan konsentrasi natrium
tiosulfat (normalitas) yang mungkin berkurang karena teroksidasi oleh oksigen
dari udara.
**Penggunaan
larutan KI jenuh pada proses penentuan bilangan peroksida dikarenakan asam
lemak tidak jenuh pada minyak atau lemak cenderung untuk bereaksi dengan iod (lihat prosedur
penentuan bilangan iodium), sehingga jika larutan KI/ kalium
iodidanya dibuat tidak jenuh, maka KI akan bereaksi dengan asam lemak tidak
jenuh yang terkandung dalam minyak atau lemak sehingga penentuan bilangan
peroksidanya tidak akan efisien.
Oleh
karenanya diharapkan dengan penggunaan larutan KI jenuh, iodumnya tidak akan
bereaksi lagi dengan asam lemak tidak jenuh, sehingga senyawa peroksida (hasil
oksidasi minyak atau lemak) dapat mengoksidasi larutan KI tersebut dan tentunya
Iodiumnya akan terlepas secara sempurna atau dengan kata lain dapat dikatakan
konsentrasi iodida yang akan dikonversi -- melalui proses oksidasi -- menjadi
iodium tidak berkurang selama proses berlangsung. Dan berdasarkan jumlah iodium
yang terlepas inilah jumlah/banyaknya senyawa peroksida dapat ditentukan.
......................
***
Jika teman-teman sekalian (abang, kakak, adik, bapak, dan ibu) telah memahami
hal-hal di atas tolong jangan lupa untuk dishare
ke yang lainnya ya J. Karena
jikalau kita memang menginginkan negara ini maju, tidak satupun alasan bagi
kita untuk saling berbagi ilmu***
......................
Sumber
Pustaka:
Ketaren,
S. Pengantar Minyak dan Lemak Pangan.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press (UI-Press). 2005
R.A.
Day, Jr dan A.L. Underwood. Analisa Kimia
Kuantitatif (Terjemahan). Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit Erlangga. 1990
Selamat pagi pak, mohon maaf mengganggu saya ingin menanyakan mengapa titran blanko bisa lebih besar dari titran sampel? Bagaimana rekasinya? Terimakasih
BalasHapusmenurut saya seharusnya tidak,karena blanko seharusnya tidak memiliki peroksida, jadi seharusnya blanko tidak akan lebih besar kadarnya dibanding sampel,hehe bantu jawab aja maaf kalo slah :)
Hapusterima kasih bg david atas ilmu nya.. salam dari saya, adek angkatan 2015..
BalasHapusterima kasih bg david atas ilmu nya.. salam dari saya, adek angkatan 2015..
BalasHapusTerima kasih, sanat membantu
BalasHapusMakasih abg senior ilmunya.semoga bermanfaat .adek angkatan 2016
BalasHapusMau tanya bang, apakah kadar dan kondisi air dalam minyak berpengaruh terhadap naiknya PV?
BalasHapusMaaf bang apakah boleh bila saya minta email atau contacts yg bisa dihubungi?
BalasHapus